13 December 2014

Otak yang Berisik

Posted by Icha Anindya at Saturday, December 13, 2014 0 comments
Hari ini aku dan Mamah melakukan petualangan sehari, Jogja-Solo-Jogja, naik kereta api. Sepanjang perjalanan, baik pergi mau pun pulang, tidak seperti biasanya aku tidak bisa tidur. Atau setengah tidur dan setengah tidak. Padahal buatku kondisi kereta cukup nyaman. Aku duduk memejamkan mata, tapi bukannya terlelap, rasanya aku malah bisa mendengar seluruh percakapan orang-orang seisi gerbong. Suara mereka mendengung bersahutan. Aku tidak tahu orang yang mana bicara apa, tapi kupikir aku bisa mendengar semua yang mereka ucapkan. Aku berusaha membiarkan suara mereka lewat, membayangkan diriku menatap dinding kosong, mencoba tidak membayangkan siapa sedang bicara apa. Tapi semakin aku berusaha, percakapan mereka semakin keras mendengung dalam otakku, bercampur dengan suara-suara yang memang sudah ada dalam kepalaku.

Kau tahu, kepalaku tidak pernah berhenti bicara. Otakku sangat berisik, sama sepertiku. Seolah-olah ada ratusan diriku dalam versi mini di dalam sana, saling bercakap-cakap, bergosip, merancang skenario, menebak-nebak apa yang dipikirkan orang lain, menggalau, membayangkan adegan romantis dalam novel yang baru saja kubaca, menggerutu, bahkan bersenandung. Aku tidak yakin suara yang mana yang membuatku tidak bisa tidur. Suara orang-orang, suara otakku sendiri, atau yang lebih parah, combo keduanya.

Lalu di seberang tempat dudukku di kereta, ada seorang gadis kecil dan ibunya. Gadis kecil itu wujudnya nyaris sama denganku ketika umurku kira-kira 3 atau 4 tahun. Kalau sekarang aku seumurnya dan kami berdiri bersebelahan, kami pasti seperti anak kembar. Ibunya duduk di ujung kursi sementara gadis kecil itu tidur telentang dengan damai sejahtera, hampir sepanjang perjalanan. Lalu aku berpikir, dua puluh tahun lagi gadis kecil itu akan seumurku. Apa otaknya juga akan berisik sepertiku? Dan sebaliknya, aku ingin kembali jadi anak kecil seperti dia, ketika otakku belum berisik seperti sekarang. Ketika tidak ada yang perlu dipikirkan. Ketika hal yang bisa membuatku menangis hanyalah es krim coklat yang terhalang restu orang tua.

Dan malam ini, aku mengantuk sekali. Tapi aku malah memikirkan sesuatu yang sering diucapkan pacarku, yang aku tak juga paham maksudnya: koneksi. Hari ini entah bagaimana aku ingin diriku menjadi seorang observer, mengamati orang-orang. Tentunya dengan sedikit modifikasi versiku sendiri, yaitu mengamati dan menebak-nebak isi pikiran mereka. Apa dengan hal sesederhana itu kau bisa terkoneksi dengan sekitarmu? Apa menjadi terkoneksi sampai bisa membuatmu mendengar percakapan seisi gerbong hingga kau tak bisa tidur? Atau itu cuma karena kau tak bisa menyumpal telinga dengan musik?

15 November 2014

Mas Harry and I #1: Akun Pottermore

Posted by Icha Anindya at Saturday, November 15, 2014 0 comments
Kemarin adalah ketiga kalinya aku bikin akun di Pottermore.com, situs game online yang dibuat oleh sang penulis Harry Potter, J.K. Rowling, beserta timnya. Akun yang pertama kali aku bikin pas S1 lupa password-nya, dan yang kedua batal kupakai karena ternyata akun lamaku saat itu bisa di-ressurect. Dulu aku sudah bermain sampai di awal buku kedua, tapi kemudian lama tidak kulanjutkan, plus ganti laptop juga, jadi sekarang aku membuat akun baru demi bisa bermain lagi.

Sebenarnya aku main di Pottermore bukan benar-benar mencari permainannya. Aku lebih mencari info-info yang tak kutemukan di bukunya. Salah satu yang kusuka adalah penjelasan tentang tongkat sihir: kayu pembuatnya (wand wood) dan intinya (wand core). Rasanya nyata banget, seperti benar-benar ada tongkat dengan karakter berbeda-beda. Di Pottermore juga ada semacam kuis untuk mengetahui tongkat yang akan kamu dapatkan. Aku dapat tongkat dari kayu ash dengan inti bulu unicorn. Katanya tongkat itu setia, keras kepala, dan kemungkinannya kecil untuk convert ke dark side. Yay! And FYI, that stubborn part, that is sooooo me :D

Dalam beberapa entry, J.K. Rowling juga khusus menuliskan cerita di balik item-item tertentu dalam dunianya Mas Harry, tentang inspirasinya dan apa yang dia pikirkan ketika membuat sebuah nama atau menciptakan tokoh. Seru aja rasanya, tahu kalau seorang penulis bisa mengubah hal-hal sepele jadi sesuatu yang menakjubkan :)

Harus aku akui, aku kangen dengan kisah penyihir fenomenal ini. Dan bermain di Pottermore mengizinkanku melarikan diri dari kenyataan dengan kembali memasuki dunia khayalanku itu. Faktanya aku memang berharap Hogwarts dan seluruh penghuninya itu benar-benar ada. Seumur-umur sekolah impianku adalah UGM dan Tuhan tahu aku takkan menukar kesempatan sekolah di sana dengan apapun kecuali LOA dari Hogwarts yang dikirim langsung oleh Profesor McGonagall. Hahahaha :D

14 October 2014

If Only We Were Different...

Posted by Icha Anindya at Tuesday, October 14, 2014 0 comments
君の姿は僕に似ている
静かに泣いてるように胸に響く
* 

I know exactly how it feels to know someone very similar to me. We're wearing the same masks. We've been hurt perhaps all our lives. We experienced unrequited love. We were loved by unwanted person. We're loved and despised at the same time. We reject people, we're constantly pathetic and in despair. We feel like loving and giving and dreaming only make us live in vain because we're rejected and unwanted by the world. Nothing goes as we planned, the universe never takes our side.

We're so similar, yet so different. You're like a queen. People adore you. Those who seem rejecting you are in fact love you more than you know. Or maybe I think they love you that much, it makes no different anyway. We're so similar, but I can't be like you. I can't be you. It's not that I want people to adore me. I want them to love me even when I look pathetic. I want them to feel such a curiosity to my pathetic thoughts. I want to be incomparable like you. You're one of a character in my personal fiction, but I can see you very clearly, how you put my existence among the shadows. I am always your shadow, Milady. You're invincible.

Ah, Milady. If only I never knew you. If only our fate is not crossed. If only I were someone different. If only we were just... different.



*Kimi wa Boku ni Niteiru - See-Saw

11 October 2014

Forget to Be Happy

Posted by Icha Anindya at Saturday, October 11, 2014 0 comments
If I let my mind flow, I will find myself easily absorbing every little details. As if I have four eyes, four ears and four brains. I absorb every information around me and I will keep them to myself. Thus, I can easily replay any memories, recall any long-forgotten moments. I am a time traveler, but I only travel to the past. I'm so good at looking things at the past, all that's left behind me, behind everyone.

I was hurt so many times until the pain becomes the most familiar thing to me now. I know I can just leave the past where it belongs and live my life, but from time to time, I start to realise that there are things that will never let you go, no matter how hard you try to escape. Even I tried to let go, they would never do so.

I see people around me get everything they want so easily. Seems like their paths are wide and clear, they don't have to walk in a-thousand-miles-long dark tunnel to find what they actually deserve. As for me, even after the long walk, I still don't get what I think I deserve. Even after years of pain, I don't get what I've always dreamed of. Sometimes I wonder how this life actually works.

People say happiness come from the inside. I don't know how it feels since I've forgotten how to be sincerely happy. And if someone offers me happiness, you know I will hide in my secret cave and dig up things that make me feel unhappy because unhappiness is the only thing I feel familiar with. My past, your past, they give me feeling that's unsurprisingly familiar. They give me unhappiness I can fully embrace.

People around me get their happiness so easily. And I still have to walk a long way in this dark tunnel. I start to feel tired. I'm tired of all uncertainties, of the status quo.

Guess I'm so fucked up right now.

25 August 2014

Mulan is Writing Her Thesis in Agrabah

Posted by Icha Anindya at Monday, August 25, 2014 0 comments
If you have been a 'mahasiswa' before, you surely know how it feels to be in a 'mahasiswa lost days', especially when you're finishing your thesis and about to face the final examination. And as you might have guessed, I am in completely lost days lately. I'm even too dizzy to find the appropriate English word for 'mahasiswa'. Doh.

Ok, just let me tell you how this day went briefly.

Since I consulted all my penguji (here, another lost-word. *sigh*) last Friday and couldn't find the best day and time to have my thesis examination, I got a bit overconfused and asked my boyfriend to come this day. Then about an hour later, I tried to text them again and... I was still lost, actually I still am. My boyfriend kinda force me to take a break for awhile and we spent the entire afternoon by watching Mas Aang and friends.

Now I can still feel the ultimate metal gear spinning so fast inside my head. Even romantic scene in Jodha Akbar just now couldn't slow it down. So I decided to spend my spare evening time by taking some random quizzes on blogs.disney.com. Quite amusing. Here are the results.

 First, I am Princess...


Frankly speaking, I... am not Mulan. I will prefer Jasmine. However, in fact she is a very adventurous person which is... not me either :p Well, Mulan is true to her heart. That is what I'm trying to do everytime. So, Mulan suits me quite well, except the dragon-and-cricket part. Hehe :p

Next, the prince who will be my prom date is...

Errrrr... Can I get Aladdin, please? I don't like Phillip. He is too... prince. I mean, yes, he is polite and intellectual and so on, but I prefer someone who laughs more often, someone who offers more surprises, not just be able to sing or do horseriding. Sorry, Phil :(

Then, me and my significant other will be a couple like...

Hohoho... Perhaps this is true. I dare say that me and my boyfriend are a happy-go-lucky pair, kinda norak actually. But we seldom wear matching outfits, very seldom *lol* But I can assure you that we're as cheerful as Mickey and Minnie. Lots of laugh :))

Next, here is the wedding I ever dream of...


Whoo-hoo!! Tangled!! So colourful and musical and lots of funny things. Very cheerful. That is going to be sooo awesome!! :D

Last, as a princess I will live in...

Yaaaaaaaaaaayyy, finally I got Agrabah!!!! Can you imagine living in a kingdom where my prince charming Aladdin lives? I can visit him anytime and have plenty of romantic magic-carpet-riding session. Yaaaaaaaayy!!!!!!!! \^^/

But... Mulan in Agrabah? Seriously? :)))

Well, those are the results of the random quizzes I've just taken. I just thought it was a good way to get rid of thesis crisis for awhile. Too bad, I have to go bck to reality tomorrow. But I need to settle the date-and-time problem immediately. Wish me luck!! :)



Update on Tuesday, August 26:
I took another quizzes and here are the results.

My personal theme song is...

Yes!! Everybody knows how much I love this song. I hope this song will also be my wedding song, but when I took the quiz, my wedding song will be...


What else can I say? This is another romantic song. One of the best I guess. So ye, I'm gonna play this song on my wedding reception :)

3 August 2014

Intersection

Posted by Icha Anindya at Sunday, August 03, 2014 0 comments
I am in intersection right now. Confused. I don't know what to decide. Either stepping forward or backward, there will be consequences.

Then, yesterday, I watched Mahabharat. King Jarasandha said something that feels like a slap on my face.

Jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk berperang, memaksakan diri untuk berperang adalah kebodohan. Kebodohan.

I remembered two years ago, when my life was exactly like this, being in intersection. I didn't know what to decide.

At that time, my bestfriend said,"Jalan ke suatu tempat itu ngga selalu lurus. Kadang harus belok dulu baru sampe tujuan."

Seems like guidance are everywhere. Seems like Allah sent people to remind me the most important thing I miss. But I am not sure. Yet. So, today, right before my boyfriend went home, I asked him.

"Apa aku melakukan hal yang benar?"

And he, who sometimes answers my question with nothing but riddles, replied with words that even more convincing than all of the things he's ever said to me.

"Kalau kamu melakukan hal yang benar, hatimu pasti akan terasa tenang."




Now you know why I love him :')

31 July 2014

(Il)logical Sense of Planning

Posted by Icha Anindya at Thursday, July 31, 2014 0 comments
I hate when people ask me what I'm going to do in an hour, a month, a year. I hate when I'm trapped in very annoying conversations among the eldest in the family and they ask me about my life, what I'm going to do with my life, what my plans are, what the thing I anticipate the most is.

I remembered what happened 18 months ago, at a party, nice party and I don't know any single person. I was completely okay until the moment I went downstairs to get a seat. I saw someone walked towards me. Not actually towards me, she passed me by, walked upstairs silently, and for one minute I didn't breathe. I know it was her. I swear I had prepared myself very well to meet that person anytime, but I just didn't think I would meet her there, and to make it even worse, when I was not ready.

The point is,
what if your plans and anticipations didn't accurately work? Let's say we're busy making plans. And we actually do our best to make it work. But fear is constantly shadowing our way. The fear of disappointment due to either disappointing ourselves or just shit that happens. Whatever. It all ends the same. Disappointing.

Dear Diary,
Today I convinced myself it was okay to give up. Don't take risks. Stick with the status quo. No drama, now is just not the time.

-Elena Gilbert (The Vampire Diaries)

It is not about me who works super hard just to make everything go as I plan. I can't control anything. And it is not about you who work hard as well, just to be sure everything go according to my plan, even if it's not exactly the same as yours. It's about my own fear of disappointment because once your plan ruined, only a single plan ruined, your whole life will be spoiled. I don't know about you, but it takes days, weeks, months for me to let go of that disappointment, even when I finally find my rhyme and the life is going back to normal.

However, God also has His plans. And based on true story, ladies and gentlemen, His plans are never disappointing.

23 June 2014

Dear People,

Posted by Icha Anindya at Monday, June 23, 2014 0 comments

 

28 April 2014

Dihantui Hantu

Posted by Icha Anindya at Monday, April 28, 2014 0 comments
Sejak weekend kemarin, aku lagi super ketagihan nonton drama Korea yang judulnya Master's Sun. Gara-gara siapa lagi kalo bukan gadis-gadisku Anggun dan Deasy. Awalnya aku ndak mau nonton gara-gara temanya berhantu-hantu. Tapi mereka berhasil meyakinkanku kalo ceritanya lucu, akhirnya aku njajal nonton dan...ketagihan deh.

Drama yang satu ini bikin penasaran karena tokoh utama cewek dan cowoknya jauh dari mainstream.  Si cewek (Tae Gong Shil alias Taeyang) bisa liat hantu, bahkan ndak cuma itu, dia suka diajak ngobrol dan digodain hantu-hantu itu. Pokoknya atraktif banget deh buat para lelembut itu. Sebaliknya, CEO mall ternama, Joo Joong Won, cuek banget ama hal-hal begituan. Tapi, cowok ketus angkuh kemampleng ini jadi safety hideout-nya Taeyang, lantaran tiap Taeyang nyentuh atau meluk cowok ini (karena saking ketakutannya) para hantu langsung hilang lenyap dalam sekejap. Lucu pokoknya interaksi kutub utara-selatan ini :))

Tapi dasarnya aku anti film horor, seketagihan-ketagihannya, aku tetep aja nonton filmnya cuma 85%, soalnya hantu-hantunya sebagian besar ndak beradab. Ada yang mukanya hancur, mata ilang satu, berdarah-darah, dan ada boneka hantu yang paling serem dan nyebahi. Mana hantunya galau-galau, semacam hantu yang penasaran gara-gara buang lotre, hantu ngesot nyariin high heels, ada hantu salon pula, jadi makin ndak beradab. Alhasil 15% kegiatan nontonku adalah nutupin muka pake tangan atau hape. Duh jaaaaaaaaann...

Biarpun begitu, aku harus mengakui kalo drama ini brilian. Ide ceritanya ndak biasa, cast-nya juga jempol lima. Dan di atas semuanya, aku pribadi menangkap analogi yang bagus banget dari drama horor koplak ini.

Dalam hidup, kita tiap hari bersinggungan dengan banyak hantu, hantu-hantu yang ndak kalah mengerikannya dengan Nona High Heels (yang ngejarnya pake acara ngesot-ngesot dilanjutkan jalan dengan nyeret satu kaki yang berdarah-darah demi mencari sebelah high heels) atau hantu cantik nan beradab tapi kemunculannya membawa luka lama. Kita berjumpa dengan hantu-hantu yang sebenarnya setiap hari: badmood, tumpukan pekerjaan, deadlines, mantan pacar, pertanyaan "kapan lulus?" dari keluarga, penelitian yang banyak kendala, data yang jelek, traffic jam, dosen yang ngeselin, temen sekelas yang nyebahi abis, dan hal-hal lain yang ingin kita hindari. Hantu-hantu yang bikin kita ndak enak tidur karena saking mengerikannya, mereka bisa muncul dalam mimpi, mrimpeni. Beberapa bahkan sanggup membuat kita trauma. Apa ndak ngeri coba? Dan seperti juga Tae Gong Shil yang atraktif bagi para hantu, ada juga sebagian dari kita yang lebih sensitif menghadapi 'hantu-hantu' kehidupan. Ada yang gampang setres perkara deadline, sebagian lagi susah move on dari masa lalu. Yang terjadi kemudian, kita berusaha lari dari mereka, tapi tetap ketakutan, rasanya tetap dikejar terus tanpa henti.

The good news is, Allah juga menyediakan 'safety hideout' buat kita demi melarikan diri sejenak dari 'hantu-hantu' itu. Tenang, ndak perlu susah-susah cari CEO kaya raya kok. Liat aja ke sekeliling kita dengan lebih seksama karena orang-orang yang kita butuhkan biasanya ndak jauh-jauh dari kita. Mamah papah, sodara-sodara yang bisa diajak menggila, sahabat-sahabat yang pasti mau kita ajak seseruan, dan seseorang yang spesial, se-spesial Joo Joong Won buat Tae Gong Shil. Para 'safety hideout' ini memang bukan ghostbusters, tapi keberadaan mereka, pelukan mereka, bisa bikin 'hantu-hantu' kehidupan yang mengerikan itu lenyap dalam sekejap. Ketika kita sedang cape dan takut menghadapi tugas dan kesulitan pekerjaan yang ndak ada habisnya, curhat sama mereka bisa bikin kita ngerasa lebih enteng dan tidur nyenyak. Mereka ndak membasmi para hantu itu selamanya, tapi dengan adanya mereka di samping kita, kita akan selalu punya kekuatan untuk menghadapi hidup plus 'hantu-hantu'-nya.

Seburuk apapun 'hantu' yang kita hadapi, kita ndak perlu lari. Seringkali yang kita butuhkan cuma tambahan kekuatan dan keyakinan kalo kita bisa menghadapi para hantu berwujud jelek itu. Tentu saja, di atas kekuatan orang-orang yang kita andalkan, kita selalu punya safety hideout yang paling safe, Allah SWT. Menghadapi hantu kehidupan, tinggal sujud, minta, ikhlas, insya Allah semua beres. Menghadapi hantu beneran, bacain Ayat Kursi juga udah pergi hantunya. Pokoknya kalo sama Allah, hantunya pasti hilang semua :))

30 March 2014

And So The War is Over

Posted by Icha Anindya at Sunday, March 30, 2014 0 comments


"Hyo Rin-ah, suatu hari nanti kita bisa menjadi teman kan?"

"Kelak di masa depan, hati yang luka pun akan jadi kenangan yang indah."

26 March 2014

Sejarah Hape

Posted by Icha Anindya at Wednesday, March 26, 2014 0 comments
Tadi pagi Demes tau-tau mengajukan pertanyaan yang 'tidak biasa' di grup WhatsApp. "Yang pake hape Nokia siapa aja?", yang kesempatan ini kemudian digunakan Arung untuk mem-bully sang Cleopatra :D Yang menarik, obrolan soal hape ini berlanjut dengan asiknya di grup temen-temen deket. Kami sharing tentang hape yang pernah kami punya, dan kesimpulannya, kami semua pernah punya hape Nokia. Hahaha :D

Jadi, aku pertama kali punya hape waktu kelas 2 SMP. Saat itu beberapa temenku udah punya hape dan njuk aku kepengen -_- Akhirnya minta Papah dan Papah beliin aku hape monokromatik tercantik sepanjang masa: Nokia 2100 warna baby pink :D


Waktu itu aku bener-bener lagi seneng-senengnya punya hape. Ke mana-mana itu hape tak kantongin. Meski hape imut itu fiturnya masih primitif, tapi aku cinta banget. Warnanya cewek banget, lampu keypad-nya terang, dan bisa bikin ringtone sendiri. Dulu di majalah-majalah suka ada kolom khusus buat ringtone gitu-gitu dan aku suka nyobain. Bener-bener melatih hafalan nada, tempo, dan ketajaman telinga. Aku pernah sukses bikin ringtone lagu Nessun Dorma sama The Right Time-nya The Corrs tanpa guideline. Prestasi :D

Tapi waktu SMP aku sempet minjem hapenya Mamah waktu study tour ke Jakarta. Aku lupa waktu itu udah punya hape sendiri atau belum. Waktu itu hapenya Mamah Motorola V120C, hapenya mungil, warna ungu.


Aku naksir hape itu karena di deretan ringtone bawaannya ada lagu Nessun Dorma. Dulu aku lagi jatuh cinta banget sama lagu itu. Sampai-sampai pas study tour aku minjem kaset The Best of Vanessa Mae-nya Tiza demi bisa dengerin lagu itu sepanjang jalan pake Walkman :D
Nah, Nokia 2100 pink itu bertahan sampe aku kelas 1 SMA. Liat temen-temenku hapenya udah pada berwarna, jadilah aku kepengen juga. Nokia 2100 itu tak balikin ke Papah dan aku diganti Nokia 6610i, yang emang udah aku pengenin. Itu hape polikromatik pertamaku. Aku paling suka main Bounce di hape itu.



Pas kelas 2 SMA kalo ndak salah, aku kepengen hape yang bisa buat nyetel MP3. Iya, emang kemaruk dan konsumtif banget aku -_- Jadilah hapeku tak 'tuker tambah' lagi pake Nokia 7610. Hape ini asli kenangannya banyak banget, mulai dari foto-foto alay, penuh sejarah sama gebetan sepanjang SMA (ya sms ya telponan), dan aku isi buanyak MP3.




Aku sayang banget hape itu, karena selain bentuknya cantik, juga tahan banting. Jadi pernah ada kejadian. Suatu malem aku packing karena mau nginep di rumah pakde. Nah, packingnya itu, dudulnya, di samping jeruji koridor ruang belajar lantai dua yang di bawahnya adalah tangga. Saat itu aku packingnya lumayan buru-buru, aku lemparin semua barang ke dalem tas, termasuk hape. Aku lemparin hapeku ke dalem kantong tas yang retsletingnya ada 2 di kiri-kanan. Aku pikir retsleting yang kiri udah ketutup jadi tak lempar hapeku masuk tas. Eeeeh ternyata retsletingnya masih kebuka, jadi hapeku masuk lewat bukaan retsleting kanan dan lewat dengan suksesnya, keluar lewat bukaan retsleting kiri. Hape itu pun melayang, lalu jatuh ke tangga. Tapi bukannya berhenti, dia jatuh terus menuruni anak-anak tangga satu demi satu (dengan suara prak-prak-prak) hingga akhirnya perjalannya berakhir di depan kamar mandi di bawah tangga lantai satu dalam keadaan casing terbuka dan baterai terlepas. Hebatnya, abis jatuh sebegitu rupa, hape itu masih bisa dipake telpon :D

Sayangnya, hape itu harus tamat riwayatnya setelah mengalami sakit selama berbulan-bulan. Ndak ada angin ndak ada hujan, gambar dan warna di layarnya bisa tau-tau ilang, jadi tinggal putih gitu, sama sekali ndak ada warna setitik pun. Kalo ada telpon dan sms tetep bisa masuk, tapi kan ndak bisa diapa-apain, tulisan aja ndak mau keluar...

Dengan ikhlas, hape itu pun digantikan oleh Nokia N70 Black Music Edition. Hape yang menemaniku selama 3 tahun di S1.



Lalu menjelang PKL tahun 2010, aku tergiur hape qwerty. Dan terbeli lah si Nokia E63, yang trivial name-nya si Ege.



Tapi ndak tau kenapa, aku dan dua sepupuku sama-sama pake Ege dan merasakan bahwa hape kami sama-sama ndak beres. Ege-ku tau-tau ndak bisa dipake telpon dan sms. Ege-nya Tiza ilang dan punya Ayu ndak tau kenapa, pokoknya ngerror. Akhirnya Egeku dituker Nokia E71 warna putih yang kuberi nama Sode no Shirayuki.



Aku sebenernya adem ayem sama si Yuki, sampe kemudian pas skripsi, sepupu dan gebetanku saat itu ngomporin aku ganti pake BB. Aku tetep santai dan bilang dengan enaknya, "Iya gw bakal ganti BB, tapi tunggu lulus dulu yak". Dan setelah lulus, aku pun menambah hapeku dengan sebuah Blackberry Gemini Curve warna putih, namanya Shirayuri.



Jadi waktu aku punya Yuri, si Yuki masih aku pake. Selama ini hape yang paling banyak aku pake emang Nokia karena bagi aku (yang odong dan gaptek), Nokia itu gampang dioperasikan. Menunya njujug, ndak perlu mencet tombok begitu rupa :D

Awal masuk S2, aku ditawarin Papah hape android sama diiming-imingi iPhone. Tapi karena saat itu belum kepengen, jadi aku belum bilang mau. Baru setelah Yuki mulai bocor baterainya, aku mau dibeliin hape android. Dan hadirlah Keichiiro, hapeku sekarang :)

Kalo me-review sejarah per-hape-an ini, suka kangen sama hape-hape lamaku. Meskipun fitur mereka udah ketinggalan jaman, tapi ada perasaan seneng tersendiri menjalani kehidupan sehari-hari ditemenin mereka. Kadang suka pengen ketawa juga. Dulu bener-bener deh, hape itu alat buat ber-alay ria. Foto miring-miring plus duck face, sms-an ngga jelas sama gebetan, dan satu yang ndak berubah sampe sekarang, memaksimalkan kapasitas memori hape dengan ratusan lagu.
 

Liat hape-hape model sekarang yang canggihnya macem-macem, mulai dari yang bisa nyetel tipi sampai tahan dicelup air, rasanya tergiur juga. Tapi tenang, aku belum ada rencana untuk ganti hape dalam waktu dekat kok :D

7 March 2014

Behind the 'Daisy'

Posted by Icha Anindya at Friday, March 07, 2014 0 comments
Ada alasan kenapa aku milih Daisy-nya STEREO DIVE FOUNDATION buat diputer di blog. Aku sendiri belum lama suka sama lagu ini. Musik dan melodinya enak, liriknya juga mengena.


seijaku o kirisakuyou otozureta no wa
hitsuzen to shite no kaikou bokura no tame ni
koukai o nageku me ni utsuru kimi wa sou
urei o matotte utsukushiku saita

dareka no seimei ni tokeru hana
nee kimi ni mo mieru darou
kitto

kasaneta ayamachi nurikaeruyou
nandodemo ii sa kurikaeshiteiku SUTAATORAIN
kako to wa chigau asu o
futari dake no kibou egaku SUTAATORAIN
I never say good bye
itsudatte sou sa

keizokushiteiku shoumei toshite no kesshou
honoka ni yureru hi wo yadoshite
kousai o hanatsu mirai yakitsuketa kimi no hitomi wa sukoshi kanashi sou de
Take a look into my eyes
saigo no hitoshizuku o nugutte
Every time you wanna see call me
saisho ni deatta ano basho de sa

chiriyuku unmei ni aragatte
sou azayaka ni sakihokore
Always

kimi no utau koe to tsunagaruyou
kokoro no oku narihibiita boku no ne
inori ni ukabu asu wa
ikiru imi o kibou ni kaeru kara
I wanna be with you

nidoto wa nai ima no genjitsu o
teniireru tame no gisei nante
kesshite kodoku to ketsubetsu kirenai
ima no boku ni hakarenai
soredemo iiinda
hibiki watare inori yo
kodamasuru bokura no utagoe
issun no hikari o egaita
terashidasu ichirin no hana yo
kimi to futari te o tsunaide
zutto itainda

kasaneta ayamachi nurikaeruyou
nandodemo ii sa kurikaeshiteiku SUTAATORAIN
kako to wa chigau asu o
futari dake no kibou egaku SUTAATORAIN
I never say good bye
itsudatte sou sa


The arrival, tearing the silence into pieces,
Was a predestined encounter for our sake.
And so, you, with regret showing in your grieving eyes,
You wore your sorrow and bloomed beautifully.

A flower, dissolving into someone’s life -
Hey, you can see it too, can’t you?
I’m sure.

To overwrite the accumulated sins,
You’ve got as many times as you need, from the repeating start line.
Painting a tomorrow different from the past,
Painting hope for just the two of us, there’s the start line.
I never say goodbye…
That’s how it always is.

Continuing crystallization of proof,
Sheltering a faintly flickering flame,
Your eyes, emblazoned with a future radiating brilliance, seem to hold a little bit of sadness.
Take a look into my eyes.
Wipe away that final droplet.
Every time you wanna see me, call me,
And I’ll be at the place where we first met.

Rebel against the fate that descends.
Yes, bloom vibrantly, with glory.
Always…

To connect to your singing voice,
My sound rings out and echoes deep within my heart.
The tomorrow that surfaces in my prayer
Transforms a reason to live into hope.
I wanna be with you…

To make a sacrifice to gain possession of
This present reality, impossible to repeat -
The act is unbreakably bound to loneliness.
I can’t measure that weight as I am now,
But even so, that’s fine.

Echo far and wide, my prayer.
Our reverberating singing voices
Painted a momentary light,
Illuminating a single flower.
I want to keep our hands connected
And always be with you.

To overwrite the accumulated sins,
You’ve got as many times as you need, from the repeating start line.
Painting a tomorrow different from the past,
Painting hope for just the two of us, there’s the start line.
I never say goodbye…
That’s how it always is.
 



Ada kalanya kita membuat kesalahan. Ada kalanya kita sedih (dan faktanya saat ini aku sedih, marah, dan bingung luar biasa). Ada kalanya kita merasa sudah memberi terlalu banyak, lelah lahir batin fisik mental jiwa raga. Kadang kita cuma ingin orang-orang di sekeliling kita paham betapa lelah dan sedihnya kita. Kadang kita cuma butuh mereka untuk sejenak tidak menuntut. Mengerti dalam diam, paham apa yang sebenarnya kita butuhkan.

Dan ketika aku merasa mereka tidak mengerti, lagu inilah senjatanya. At least apa yang aku mau dengar sudah dikatakan penyanyinya :)

9 February 2014

Pria Tipe 2

Posted by Icha Anindya at Sunday, February 09, 2014 0 comments
For your info, I divide men into 4 types.
  1. Pria tipe 1: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tampan dan kalau dilihat terus tetap terlihat tampan.
  2. Pria tipe 2: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tidak tampan, tapi kalau sering dilihat dan diperhatikan, lama-lama terlihat tampan.
  3. Pria tipe 3: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tampan tapi kalau sering dilihat dan diperhatikan, lama-lama tampannya luntur.
  4. Pria tipe 4: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tidak tampan dan kalau dilihat terus tetap terlihat... Tidak tampan.
Jadi penjelasannya begini.

Pria tipe 1 versiku kebanyakan anggotanya adalah... Para selebritis dan cowok-cowok di novel, manga, atau anime. Hahaha... Jadi wajar to kalo tampannya awet. Cowok tipe 1 yang (pernah) aku akui jadi pacar ada banyak, tapi yang jadi mantan terindah adalah Hayden Christensen. Kalau dia muncul di TV, aku ndak tahan untuk ndak teriak/nyetatus/ngetwit "Mantankuuuuuuu... T.T"

Berhubung postingan ini memang mau ngebahas pria tipe 2, jadi kita loncat dulu ke tipe 3 dan 4. Aku pernah ketemu pria tipe 3 di pernikahan sepupu jauhku di Jogja. Wajahnya lumayan sih. Pas ngeliat dia pertama kali di pesta itu, aku sempat mbatin kalau cowok ini tampan. Eeeehh, sejam kemudian ngeliat orangnya lagi, tampannya udah lenyap tak berbekas. Hahaha... Padahal orang ini pernah muncul di televisi lho, dan setauku banyak penggemarnya. Nek neng TV dho jerit-jerit, jebul bagiku wonge biasa wae. Ironis >.< Kalau tipe 4 sih kayanya ndak perlu dibahas. Takut menyinggung pihak-pihak tertentu :p

Terus gimana dengan pria tipe 2?

Pria tipe 2, yang udah aku bilang tadi, adalah pria-pria yang sekali lihat tidak kelihatan tampan. Tapi coba aja liat mereka terus-terusan, ntar lama-lama pasti keliatan tampan dan makin tampan. Kenapa coba?

Sederhana. Pria tipe 2 tampannya tersembunyi. Ndak kelihatan. Adaaaaaaa aja sesuatu yang mereka miliki yang membuat ketampanan itu tersamar atau munculnya delay. Pria tipe 2 bisa jadi pria yang cukup populer di kampus tapi ndak repot-repot jadi objek teriakan cewek-cewek histeris karena tampan. Mereka pria-pria berwajah standar yang punya kelebihan: jenius, selebriti organisasi, atau kapten tim basket. Ndak cuma itu, kelebihan yang dimaksud juga yang berkaitan dengan karakter mereka. Entah humoris (atau bahasa kerennya: koplak), enak diajak ngobrol dan dicurhatin, temuwo alias dewasa, dan sebagainya. That's why pria tipe 2 kalau cuma diem-diem aja akan dengan dengan mudah dilewati orang. Tapi kalau mereka sudah beraksi, yang baru kita tau setelah berinteraksi dengan mereka, baru deh aura tampannya keluar. Ini lho maksudnya delay. Karena sifat alaminya yang 'delay' itu tadi, para cewek biasanya juga ndak serta-merta naksir sama pria tipe 2. Tapi yakin deh, sekalinya itu cowok bisa mengambil hati si cewek dengan cara dan waktu yang tepat, we girls will never let them go. Hihihi :)

Well, pembagian tipe yang aku lakukan itu adalah pembagian yang hanya berdasarkan kriteria fisik, wajah. Pastilah seleraku beda sama selera orang lain. Yang masuk tipe 2 bagiku bisa jadi masuk tipe 1 atau mungkin malah tipe 4-nya orang lain. Seperti juga kami para cewek di mata para pria, kami akan menganggap pria-pria yang kami sayangi makin tampan ketika mereka bisa mengimbangi, melengkapi, punya kualitas yang kami inginkan, dan tentunya mereka jadi makin tampan karena kami sayang sama mereka :)

Kalau ada ungkapan "beauty (kecantikan) is in the eye of the beholder", ketampanan juga kok :) 
 

Imaginary Fairytales Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review