Showing posts with label life around. Show all posts
Showing posts with label life around. Show all posts

21 February 2016

Jutaan Makna dalam Rupa Bersahaja

Posted by Icha Anindya at Sunday, February 21, 2016 0 comments
Kurasa zaman sekarang setiap orang pasti punya setidaknya satu pakaian batik dalam lemari mereka. Dulu batik identik dengan keraton, kesan tradisional, kuno, dan orang-orang tua, namun seiring berjalannya waktu batik telah menjadi pakaian yang diminati oleh segala usia dan lapisan masyarakat. Batik sendiri menjadi salah satu pakaian favoritku. Selain karena bahannya adem, motif dan warnanya yang beraneka ragam membuatnya tidak susah dibentuk menjadi berbagai model, mulai dari blus kasual sampai gaun formal. Lagipula, siapa bilang batik tak cocok dengan celana jeans dan sneakers?

 Pakai batik untuk travelling? Siapa takut! :D

Meski aku suka batik modern dengan warna-warna cerah dan model kontemporer, aku punya ketertarikan terhadap batik-batik klasik, terutama batik-batik yang berasal dari lingkungan tempatku dibesarkan, yaitu Solo dan Jogja. Di dua kota ini terdapat dua keraton yang menjadi poros kebudayaan Jawa, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta di Solo dan Keraton Kasultanan Yogyakarta di Jogja. Batik Solo dan Jogja dalam bahasa Belanda disebut sebagai batik vorstenlanden, yang secara harfiah berarti wilayah-wilayah kerajaan. Sebagai keraton-keraton yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Mataram, bisa dibilang dari sanalah batik-batik klasik berasal.

Batik klasik asal Solo dan Jogja memiliki perbedaan mencolok dengan batik dari daerah lain. Berbeda dengan batik dari daerah lain yang warnanya cenderung cerah dan bermacam-macam (merah, biru, hijau, dan lain-lain), batik klasik cenderung memiliki satu atau dua warna saja. Batik Solo warnanya dominan coklat dan kuning sehingga sering disebut batik sogan (sogan artinya coklat), sedangkan batik Jogja warnanya lebih banyak putih dan coklat tua atau hitam. Warna-warna tersebut memiliki makna kesederhanaan, kerendahan hati, kesucian, dan keanggunan, sehingga pemakainya diharapkan mempunyai sifat-sifat luhur tersebut. Motif-motif batik klasik selain indah, juga kental akan filosofi, bukan hanya gambar bunga atau hewan semata.

Batik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa yang teguh memegang tradisi. Berbagai upacara adat seperti pernikahan, tujuh bulanan, kelahiran, hingga kematian melibatkan batik dalam setiap ritualnya. Setiap batik mengandung harapan, makna, dan filosofi yang bebeda sehingga dalam satu rangkaian upacara bisa saja menggunakan batik yang bebeda.

Ini dia beberapa motif batik klasik yang indah dan sarat makna.

Sidomukti
Sido berarti jadi atau menjadi, mukti artinya bahagia, mendapat kedudukan yang tinggi, kaya atau sejahtera. Batik Sidomukti biasanya digunakan kedua mempelai pada upacara pernikahan. Harapannya adalah semoga keluarga mempelai mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.

Batik Sidomukti gaya Jogja (atas) dan Solo (bawah)


Wahyu Tumurun
Batik Wahyu Tumurun biasanya digunakan calon mempelai wanita pada malam midodareni. Sesuai namanya, batik ini mengandung harapan agar pemakainya mendapatkan petunjuk dan berkah dari Allah SWT.

 Batik Wahyu Tumurun gaya Jogja (atas) dan Solo (bawah)


Udan Liris
Udan Liris artinya hujan gerimis. Batik ini bermakna agar generasi muda senantiasa tabah dan bersemangat mencari rezeki, tekun berusaha meski ada halangan. Jika dikenakan oleh pengantin, batik Udan Liris mengandung pesan agar mempelai mampu menghadapi suka duka kehidupan berumah tangga, hujan dan panas harus dihadapi bersama. Di sisi lain, hujan gerimis mampu menyejukkan udara. Kalau diperhatikan, garis-garis tipis yang ada pada batik Udan Liris memang membuat kain ini terkesan adem, seperti hujan gerimis di malam hari :)

 Batik Udan Liris


Babon Angrem
Babon Angrem artinya ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Pemakai batik dengan motif ini diharapkan memiliki kesabaran dan ketelatenan dalam mencapai sesuatu seperti induk ayam yang sabar mengerami telurnya hingga menetas.

  Batik Babon Angrem


Madu Bronto
Nah, kalo yang semanis madu begini pasti sudah bisa ditebak. Madu Bronto artinya kasmaran atau jatuh cinta. Konon dahulu para pria mengenakan batik Madu Bronto ketika berkunjung ke rumah kekasihnya, sehingga orang tua si gadis tahu maksud kedatangan sang pria dengan melihat bajunya saja. Keren kali ya, kalau zaman sekarang para cowok dateng ngapel pakai Madu Bronto :)

  Batik Madu Bronto


Satriyo Manah
Batik Satriyo Manah dikenakan oleh pria saat melamar kekasihnya. Maknanya tentu saja si pria 'memanah' hati calon istrinya dan berharap lamarannya diterima. Romantis yaaa :)

  Batik Satriyo Manah


Semen Rante
Nah, kalau saat lamaran si pria mengenakan Satriyo Manah, maka si wanita mengenakan Semen Rante. Maknanya adalah bahwa si wanita bersedia dijadikan istri dan siap disatukan dalam ikatan pernikahan yang kokoh.  

  Batik Semen Rante


Truntum
Menurut Winarso Kalinggo, pengamat budaya Jawa dari Museum Radya Pustaka Solo, motif Truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, selir Paku Buwana III. Saat itu Sang Ratu merasa sedih karena Raja mempunyai kekasih baru sehingga beliau merasa dilupakan. Suatu malam Ratu melihat bunga tanjung yang berguguran di halaman istana. Keindahannya dituangkan oleh Sang Ratu pada sehelai kain. Ketekunan Ratu membatik menarik perhatian Raja, kemudian Raja mendekati dan menunggui Ratu membatik. Makna dari motif Truntum adalah kasih sayang yang tumbuh kembali (tumaruntum) karena berkat motif inilah cinta Raja kepada Ratu bersemi kembali. Batik Truntum biasa dikenakan orang tua mempelai pada hari pernikahan. Cinta kasih yang selalu bersemi di antara orang tua diharapkan juga dimiliki oleh mempelai. Truntum juga dapat bermakna menuntun, yang maknanya orang tua diharapkan selalu menuntun anaknya ke arah kebaikan.

  Batik Truntum


Slobog
Slobog berasal dari kata lobok yang berarti longgar. Batik Slobog biasa digunakan untuk menutup jenazah serta digunakan para pelayat saat menghadiri takziah. Makna batik Slobog yaitu doa bagi almarhum agar mendapatkan kelonggaran dan kelapangan dalam kuburnya, sedangkan yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan kelapangan hati untuk melepas kepergian almarhum dengan ikhlas. 

Batik Slobog

Dahulu ada motif-motif batik yang hanya boleh dikenakan oleh Raja dan anggota keluarganya, misalnya kelompok Sawat dan Parang. Namun dengan berjalannya waktu, aturan keraton menjadi agak longgar dan beberapa motif boleh dipakai rakyat biasa, misalnya Udan Liris. 

Sejak dulu batik menjadi elemen budaya yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat Jawa. Zaman sekarang pun penggunaan kain batik tidak hanya sebatas pakaian, tetapi telah dikreasikan menjadi tas, aksesoris, perlengkapan rumah tangga, bahkan ada yang membuat kue bermotif batik. Batik-batik yang dikreasikan ini tentu bukan batik klasik. Banyak juga anak muda yang sekarang berkreasi menciptakan motif-motif batik kontemporer. Bagi aku pribadi, batik klasik maupun kontemporer punya kelebihan masing-masing. Tapi saat memakai batik klasik, apalagi batik tulis, rasanya bedaaaa sekali. Rasanya lebih 'Njawani', jadi orang Jawa tulen :D

Mempelajari berbagai macam motif batik sangat menarik bagiku. Selain bisa menikmati sebuah karya seni, makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya menunjukkan bahwa para pencipta motif batik telah mampu menuangkan pemikiran dan harapan dalam simbol-simbol yang begitu indah. Mengenakan batik yang berbeda dalam setiap kesempatan bisa membantu kita mengingat nilai-nilai sebuah upacara adat. Dengan begitu pemakainya diharapkan akan selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Batik tulis yang indah itu juga tidak dibikin dalam semalam lho. Butuh proses yang saaangat panjang dan waktu yang lama. Ini mengajarkan bahwa menghasilkan sesuatu itu butuh proses dan ketekunan. Hebat ya, begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik hanya dari sehelai kain :) 

Ngomong-ngomong, belajar tentang batik membuatku ingin jadi kolektor batik, terutama batik tulis klasik. Insya Allah :) 




*Tulisan ini diikutkan dalam event Gramedia Blogger Competition periode Februari 2016. 

Referensi:
Kusrianto, A. 2013. Batik - Filosofi, Motif dan Kegunaan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

22 July 2015

Catatan Lebaran #1: The Observer

Posted by Icha Anindya at Wednesday, July 22, 2015 0 comments
Eid Mubarak! Maaf lahir batin, semuanya :)

Meski Lebaran tahun ini kuhabiskan bersama para sepupu di bagian barat pulau, dengan jujur dan berat hati harus kukatakan bahwa Lebaran kali ini sama sekali tidak meninggalkan kesan manis bagiku. Aku bisa banyak mengeluh kalau mau, dan aku memang beberapa kali mengeluhkan situasi yang hambar ini, tapi nyatanya keadaan tidak bisa diubah dan entah bagaimana aku justru menemukan hal-hal yang cukup membuat diriku sendiri terkejut.

Entah apakah aku sudah semakin dewasa (faktanya aku berulang tahun beberapa hari yang lalu :p) atau karena energiku habis (mengingat bahkan sebelum traveling aku sudah mondar-mandir ke sana kemari), surprisingly aku berhasil menahan mulutku menjadi liar. Itu jelas jauh lebih baik dari yang bisa kuharapkan. Dan sebagai gantinya, mata dan telingaku (dan tentu saja perutku :p) bekerja lebih efektif dalam beberapa hari itu.

Tidak banyak hal yang kucurhatkan pada saudara-saudaraku kemarin, bahkan nyaris tidak ada, padahal aku sudah menyiapkan banyak bahan cerita untuk quality time kami. Selama di sana, aku sendiri tidak tahu kenapa bisa seperti itu, tapi sesampainya kembali ke rumah, aku sadar kalau mungkin memang tidak ada hal yang perlu diceritakan, tidak sepenting itu sampai perlu dibahas dan diceritakan. Bukan hanya itu. Selama di sana aku melihat bahwa saudara-saudaraku sibuk dengan dunianya sendiri, baik itu dunia yang mereka ciptakan sendiri (gadget, TV, ngelamun) atau dunia 'paksaan' (disuruh bikin teh padahal sebenarnya yang nyuruh bisa bikin sendiri, dipanggil ke sana kemari, ditarik ke hotel sementara yang lain berkumpul di rumah, dan sebagainya). Aku tidak menghakimi dan memang tidak berhak menghakimi. Aku juga tidak terang-terangan meminta mereka untuk menciptakan quality time seperti yang kuharapkan ketika kami bisa berkumpul begini. Entah bagaimana aku bisa diam dan mengamati. Tapi seperti yang kau tahu, kau bisa mengendalikan mulutku tetap diam, tapi tidak dengan pikiranku. Aku menilai semua itu dalam pikiranku, menempatkan penilaian untuk setiap orang dan membiarkannya tidak terkonfirmasi.

Kurasa memang benar, ketika sedang diam, kau bisa menjadi observer yang luar biasa baik. Dan fokus pengamatanku kemarin adalah para orang tua. Aku mengamati bagaimana om-tante dan pakde-budeku bersikap. Aku mendengar apa yang mereka katakan, memperhatikan gaya bahasa dan intonasi yang sering mereka gunakan, bagaimana mereka bicara dengan anak-anak mereka, bagaimana mereka sedikit-sedikit memanggil untuk meminta anaknya melakukan sesuatu yang sebenarnya bisa dikerjakan sendiri atau ditunda, bagaimana mereka membuat orang lain terburu-buru ketika itu berkaitan dengan kepentingan mereka sementara di sisi lain kelewat santai padahal ada orang lain yang butuh kepentingan, siapa berpikiran seperti apa, dan bagaimana akhirnya anak-anak mereka meniru apa yang mereka lakukan.

Ada kalanya aku mengernyitkan dahi melihat apa yang kutemukan, ada kalanya juga aku mengangguk dan tersenyum sendiri. Observer punya keuntungan, kami bisa menyimpan rasa setuju dan tidak setuju. Kami tidak mengungkapkannya, kami melakukannya. Kami akan meniru apa yang kami setujui, tapi ketika ada hal yang tidak kami setujui, siapapun takkan bisa memaksa kami untuk melakukan hal yang sama.

Bisa dibilang Lebaran tahun ini aku tidak banyak berinteraksi dengan orang-orang yang kujumpai, akan tetapi di sisi lain aku mendapatkan lebih banyak pelajaran. Aku tidak puas dengan acara Lebarannya, tapi aku puas dengan diriku sendiri. Aku puas dengan apa yang kuperoleh. Mungkin memang benar, sesekali aku perlu menutup mulut dan lebih banyak membiarkan mata dan telingaku berkelana. Itu kalau aku mau jadi sedikit lebih bijaksana.

17 May 2015

Ngumpet-ngumpet

Posted by Icha Anindya at Sunday, May 17, 2015 0 comments
Aku wanita, tapi sejujurnya aku ndak pernah paham cara berseteru ala wanita.

A punya masalah dengan B. Lalu A curhat via BBM ke C sementara B telponan curhat sejam lebih sama D. Kalau A dan B bertatap muka, mereka saling melempar senyum manis dan sapaan mesra bahkan cipika cipiki, tapi asal tahu saja, sebenarnya tangan mereka sudah dalam posisi siaga menampar muka lawan bicara.

Wanita, katanya, jago menyimpan perasaan, termasuk perasaan marah, kesal, betrayed, dan semacamnya. Makanya kalau wanita berseteru, mereka akan mencari pendukung instead of menyelesaikan masalahnya sesegera mungkin. Terjadilah perang sembunyi-sembunyi. A dan pendukungnya diam-diam membenci B, begitu juga sebaliknya. Sampai sangkakala ditiup dua kali juga ini perang ndak akan beres.

Kadang kupikir alangkah indahnya sebuah perseteruan jika diselesaikan dengan cara penduduk Mars: janjian ketemu di lapangan terus gasak-gasakan. Sounds cruel to you? Bagiku sebaliknya, itu cara paling fair menyelesaikan masalah. Gasak-gasakan, pulang babak belur, tapi abis itu UDAH. Masalahnya selesai. Selesai dalam arti sebenarnya dan mereka bisa berteman lagi tanpa beban. Atau kalau takut mukanya rusak karena memar, janjian ketemu di suatu tempat, masuk ruangan, kunci pintunya lalu tanding catur. Itu juga gasak-gasakan—pikirannya gasak-gasakan.

The point is ndak ada gunanya berantem. Ndak ada gunanya BBM panjang-panjang atau telpon pendukung berlama-lama hanya untuk mengklaim diri ndak bersalah. Masalahnya ndak akan beres. Masalah hanya akan selesai kalau kalian duduk bersama dan membuat kompromi, bukannya satu curhat ke selatan, satunya curhat ke utara.

Kalau dipikir lagi, mungkin ini bukan semata perseteruan ala wanita. Ini perseteruan orang yang tidak dewasa. Masing-masing pihak ndak mau melepas ego untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya masalahnya bukan pada si 'masalah' itu sendiri. Masalahnya ya ego kalian itu. Ego yang membuat kepala kalian jadi sekeras batu.

27 February 2015

High-School Unrequited Love

Posted by Icha Anindya at Friday, February 27, 2015 0 comments
Hari ini sesampai di sekolah, pertanyaan pertama yang kuajukan kepada anak-anak murid adalah: "Gimana outbond-nya kemarin?"

Mereka serentak menjawab, dengan muka sumringah, "Asyik, Miss! Tapi cape..." :))

Jadi ceritanya, kemarin anak kelas XII mengikuti kegiatan outbond di Kulonprogo. Semacam refreshing sejenak di sela-sela kesibukan persiapan ujian lah. Dan pembahasan soal persiapan Tryout pun mundur seprapat jam saking serunya bertukar cerita seputar kejadian selama outbond. Melihat wajah-wajah yang datang hari ini, kayanya sih outbondnya bener-bener seru. Apalagi katanya ada sesi Truth or Dare segala.

Namanya juga Truth or Dare, permainan ini selalu dimanfaatkan untuk mengorek rahasia dan aib-aib temen, terutama perkara cinta. Nah, ini bagian serunya. Katanya (lagi), waktu sesi Truth or Dare, ada seorang murid cowok, sebut saja XY, menanyakan perasaan seorang cewek, sebut saja XX, terhadap dirinya. Menurut kabar burung yang beredar, XY emang naksir sama XX. Jawaban XX di Truth or Dare pun menegaskan segalanya. Cinta XY pada XX ternyata unrequited. Yaaaaaaaaaaahhh... :'))

Declarations of love amuse me. Especially when unrequited.

-Jace Wayland, City of Bones 

Bagaikan memutar waktu, aku masuk SMA 11 tahun yang lalu, dan selama 3 tahun jadi anak putih abu-abu, jangan ditanya berapa banyak gebetanku. Mulai dari ketua kelas, anak Paskib, sampe sahabat sendiri. Iya, cuma gebetan kok, soalnya cintaku selama SMA unrequited semua. Unrequitednya sampe bikin akunya galau gitu, di hape isinya lagu galau semua. LOL XDDD

Lucu banget sekarang jadinya. Dulu galau, sekarang bisa menertawakan kegalauan itu. Bukan karena sekarang aku (akhirnya) punya pacar, bukaaaaaaaaaan. Aku ketawa karena menyadari betapa berbedanya konsep cinta di otak SMA-ku dan di otakku yang sekarang. Kata pacarku, cinta SMA itu masih kaku, pokoknya maunya cowok yang begini, cewek yang begitu. Semakin dewasa, cintanya semakin rasional, bisa menerima kekurangan orang yang disukai, ndak saklek harus begini begitu lagi, asalkan ndak keluar dari kriteria wajib dan masih bisa ditoleransi.

Dipikir-pikir iya juga. Zaman SMA dulu, kayanya yang namanya cinta sebenernya belum ada. Paling-paling cuma crush atau infatuated cuma karena cowoknya cakep atau pinter atau cool. Buktinya perasaannya meledak-ledak di awal, tapi lupanya juga cepet, sekarang hilang ndak ada bekasnya. Konyol banget. Justru setelah mengalami puluhan kali unrequited, aku jadi tau cowok seperti apa yang benar-benar aku mau untuk jadi pendamping. Anak SMA mana mikir sampe situ?

Bagaimanapun, kisah cinta (monyet) masa SMA juga bagian dari pedewasaanku. Sekarang setelah 11 tahun berlalu, kalau aku ketemu sama cowok-cowok yang pernah kutaksir dulu, aku pasti akan tertawa mengenang betapa konyolnya diriku yang segitu galaunya pernah ditolak sama mereka :'))))))


p.s. Postingan ini kutulis sambil dengerin Too Little Too Late-nya Jojo, lagu yang kunyanyikan berulang-ulang waktu ditolak gebetanku di kelas 3 SMA :p

23 June 2014

Dear People,

Posted by Icha Anindya at Monday, June 23, 2014 0 comments

 

28 April 2014

Dihantui Hantu

Posted by Icha Anindya at Monday, April 28, 2014 0 comments
Sejak weekend kemarin, aku lagi super ketagihan nonton drama Korea yang judulnya Master's Sun. Gara-gara siapa lagi kalo bukan gadis-gadisku Anggun dan Deasy. Awalnya aku ndak mau nonton gara-gara temanya berhantu-hantu. Tapi mereka berhasil meyakinkanku kalo ceritanya lucu, akhirnya aku njajal nonton dan...ketagihan deh.

Drama yang satu ini bikin penasaran karena tokoh utama cewek dan cowoknya jauh dari mainstream.  Si cewek (Tae Gong Shil alias Taeyang) bisa liat hantu, bahkan ndak cuma itu, dia suka diajak ngobrol dan digodain hantu-hantu itu. Pokoknya atraktif banget deh buat para lelembut itu. Sebaliknya, CEO mall ternama, Joo Joong Won, cuek banget ama hal-hal begituan. Tapi, cowok ketus angkuh kemampleng ini jadi safety hideout-nya Taeyang, lantaran tiap Taeyang nyentuh atau meluk cowok ini (karena saking ketakutannya) para hantu langsung hilang lenyap dalam sekejap. Lucu pokoknya interaksi kutub utara-selatan ini :))

Tapi dasarnya aku anti film horor, seketagihan-ketagihannya, aku tetep aja nonton filmnya cuma 85%, soalnya hantu-hantunya sebagian besar ndak beradab. Ada yang mukanya hancur, mata ilang satu, berdarah-darah, dan ada boneka hantu yang paling serem dan nyebahi. Mana hantunya galau-galau, semacam hantu yang penasaran gara-gara buang lotre, hantu ngesot nyariin high heels, ada hantu salon pula, jadi makin ndak beradab. Alhasil 15% kegiatan nontonku adalah nutupin muka pake tangan atau hape. Duh jaaaaaaaaann...

Biarpun begitu, aku harus mengakui kalo drama ini brilian. Ide ceritanya ndak biasa, cast-nya juga jempol lima. Dan di atas semuanya, aku pribadi menangkap analogi yang bagus banget dari drama horor koplak ini.

Dalam hidup, kita tiap hari bersinggungan dengan banyak hantu, hantu-hantu yang ndak kalah mengerikannya dengan Nona High Heels (yang ngejarnya pake acara ngesot-ngesot dilanjutkan jalan dengan nyeret satu kaki yang berdarah-darah demi mencari sebelah high heels) atau hantu cantik nan beradab tapi kemunculannya membawa luka lama. Kita berjumpa dengan hantu-hantu yang sebenarnya setiap hari: badmood, tumpukan pekerjaan, deadlines, mantan pacar, pertanyaan "kapan lulus?" dari keluarga, penelitian yang banyak kendala, data yang jelek, traffic jam, dosen yang ngeselin, temen sekelas yang nyebahi abis, dan hal-hal lain yang ingin kita hindari. Hantu-hantu yang bikin kita ndak enak tidur karena saking mengerikannya, mereka bisa muncul dalam mimpi, mrimpeni. Beberapa bahkan sanggup membuat kita trauma. Apa ndak ngeri coba? Dan seperti juga Tae Gong Shil yang atraktif bagi para hantu, ada juga sebagian dari kita yang lebih sensitif menghadapi 'hantu-hantu' kehidupan. Ada yang gampang setres perkara deadline, sebagian lagi susah move on dari masa lalu. Yang terjadi kemudian, kita berusaha lari dari mereka, tapi tetap ketakutan, rasanya tetap dikejar terus tanpa henti.

The good news is, Allah juga menyediakan 'safety hideout' buat kita demi melarikan diri sejenak dari 'hantu-hantu' itu. Tenang, ndak perlu susah-susah cari CEO kaya raya kok. Liat aja ke sekeliling kita dengan lebih seksama karena orang-orang yang kita butuhkan biasanya ndak jauh-jauh dari kita. Mamah papah, sodara-sodara yang bisa diajak menggila, sahabat-sahabat yang pasti mau kita ajak seseruan, dan seseorang yang spesial, se-spesial Joo Joong Won buat Tae Gong Shil. Para 'safety hideout' ini memang bukan ghostbusters, tapi keberadaan mereka, pelukan mereka, bisa bikin 'hantu-hantu' kehidupan yang mengerikan itu lenyap dalam sekejap. Ketika kita sedang cape dan takut menghadapi tugas dan kesulitan pekerjaan yang ndak ada habisnya, curhat sama mereka bisa bikin kita ngerasa lebih enteng dan tidur nyenyak. Mereka ndak membasmi para hantu itu selamanya, tapi dengan adanya mereka di samping kita, kita akan selalu punya kekuatan untuk menghadapi hidup plus 'hantu-hantu'-nya.

Seburuk apapun 'hantu' yang kita hadapi, kita ndak perlu lari. Seringkali yang kita butuhkan cuma tambahan kekuatan dan keyakinan kalo kita bisa menghadapi para hantu berwujud jelek itu. Tentu saja, di atas kekuatan orang-orang yang kita andalkan, kita selalu punya safety hideout yang paling safe, Allah SWT. Menghadapi hantu kehidupan, tinggal sujud, minta, ikhlas, insya Allah semua beres. Menghadapi hantu beneran, bacain Ayat Kursi juga udah pergi hantunya. Pokoknya kalo sama Allah, hantunya pasti hilang semua :))

26 March 2014

Sejarah Hape

Posted by Icha Anindya at Wednesday, March 26, 2014 0 comments
Tadi pagi Demes tau-tau mengajukan pertanyaan yang 'tidak biasa' di grup WhatsApp. "Yang pake hape Nokia siapa aja?", yang kesempatan ini kemudian digunakan Arung untuk mem-bully sang Cleopatra :D Yang menarik, obrolan soal hape ini berlanjut dengan asiknya di grup temen-temen deket. Kami sharing tentang hape yang pernah kami punya, dan kesimpulannya, kami semua pernah punya hape Nokia. Hahaha :D

Jadi, aku pertama kali punya hape waktu kelas 2 SMP. Saat itu beberapa temenku udah punya hape dan njuk aku kepengen -_- Akhirnya minta Papah dan Papah beliin aku hape monokromatik tercantik sepanjang masa: Nokia 2100 warna baby pink :D


Waktu itu aku bener-bener lagi seneng-senengnya punya hape. Ke mana-mana itu hape tak kantongin. Meski hape imut itu fiturnya masih primitif, tapi aku cinta banget. Warnanya cewek banget, lampu keypad-nya terang, dan bisa bikin ringtone sendiri. Dulu di majalah-majalah suka ada kolom khusus buat ringtone gitu-gitu dan aku suka nyobain. Bener-bener melatih hafalan nada, tempo, dan ketajaman telinga. Aku pernah sukses bikin ringtone lagu Nessun Dorma sama The Right Time-nya The Corrs tanpa guideline. Prestasi :D

Tapi waktu SMP aku sempet minjem hapenya Mamah waktu study tour ke Jakarta. Aku lupa waktu itu udah punya hape sendiri atau belum. Waktu itu hapenya Mamah Motorola V120C, hapenya mungil, warna ungu.


Aku naksir hape itu karena di deretan ringtone bawaannya ada lagu Nessun Dorma. Dulu aku lagi jatuh cinta banget sama lagu itu. Sampai-sampai pas study tour aku minjem kaset The Best of Vanessa Mae-nya Tiza demi bisa dengerin lagu itu sepanjang jalan pake Walkman :D
Nah, Nokia 2100 pink itu bertahan sampe aku kelas 1 SMA. Liat temen-temenku hapenya udah pada berwarna, jadilah aku kepengen juga. Nokia 2100 itu tak balikin ke Papah dan aku diganti Nokia 6610i, yang emang udah aku pengenin. Itu hape polikromatik pertamaku. Aku paling suka main Bounce di hape itu.



Pas kelas 2 SMA kalo ndak salah, aku kepengen hape yang bisa buat nyetel MP3. Iya, emang kemaruk dan konsumtif banget aku -_- Jadilah hapeku tak 'tuker tambah' lagi pake Nokia 7610. Hape ini asli kenangannya banyak banget, mulai dari foto-foto alay, penuh sejarah sama gebetan sepanjang SMA (ya sms ya telponan), dan aku isi buanyak MP3.




Aku sayang banget hape itu, karena selain bentuknya cantik, juga tahan banting. Jadi pernah ada kejadian. Suatu malem aku packing karena mau nginep di rumah pakde. Nah, packingnya itu, dudulnya, di samping jeruji koridor ruang belajar lantai dua yang di bawahnya adalah tangga. Saat itu aku packingnya lumayan buru-buru, aku lemparin semua barang ke dalem tas, termasuk hape. Aku lemparin hapeku ke dalem kantong tas yang retsletingnya ada 2 di kiri-kanan. Aku pikir retsleting yang kiri udah ketutup jadi tak lempar hapeku masuk tas. Eeeeh ternyata retsletingnya masih kebuka, jadi hapeku masuk lewat bukaan retsleting kanan dan lewat dengan suksesnya, keluar lewat bukaan retsleting kiri. Hape itu pun melayang, lalu jatuh ke tangga. Tapi bukannya berhenti, dia jatuh terus menuruni anak-anak tangga satu demi satu (dengan suara prak-prak-prak) hingga akhirnya perjalannya berakhir di depan kamar mandi di bawah tangga lantai satu dalam keadaan casing terbuka dan baterai terlepas. Hebatnya, abis jatuh sebegitu rupa, hape itu masih bisa dipake telpon :D

Sayangnya, hape itu harus tamat riwayatnya setelah mengalami sakit selama berbulan-bulan. Ndak ada angin ndak ada hujan, gambar dan warna di layarnya bisa tau-tau ilang, jadi tinggal putih gitu, sama sekali ndak ada warna setitik pun. Kalo ada telpon dan sms tetep bisa masuk, tapi kan ndak bisa diapa-apain, tulisan aja ndak mau keluar...

Dengan ikhlas, hape itu pun digantikan oleh Nokia N70 Black Music Edition. Hape yang menemaniku selama 3 tahun di S1.



Lalu menjelang PKL tahun 2010, aku tergiur hape qwerty. Dan terbeli lah si Nokia E63, yang trivial name-nya si Ege.



Tapi ndak tau kenapa, aku dan dua sepupuku sama-sama pake Ege dan merasakan bahwa hape kami sama-sama ndak beres. Ege-ku tau-tau ndak bisa dipake telpon dan sms. Ege-nya Tiza ilang dan punya Ayu ndak tau kenapa, pokoknya ngerror. Akhirnya Egeku dituker Nokia E71 warna putih yang kuberi nama Sode no Shirayuki.



Aku sebenernya adem ayem sama si Yuki, sampe kemudian pas skripsi, sepupu dan gebetanku saat itu ngomporin aku ganti pake BB. Aku tetep santai dan bilang dengan enaknya, "Iya gw bakal ganti BB, tapi tunggu lulus dulu yak". Dan setelah lulus, aku pun menambah hapeku dengan sebuah Blackberry Gemini Curve warna putih, namanya Shirayuri.



Jadi waktu aku punya Yuri, si Yuki masih aku pake. Selama ini hape yang paling banyak aku pake emang Nokia karena bagi aku (yang odong dan gaptek), Nokia itu gampang dioperasikan. Menunya njujug, ndak perlu mencet tombok begitu rupa :D

Awal masuk S2, aku ditawarin Papah hape android sama diiming-imingi iPhone. Tapi karena saat itu belum kepengen, jadi aku belum bilang mau. Baru setelah Yuki mulai bocor baterainya, aku mau dibeliin hape android. Dan hadirlah Keichiiro, hapeku sekarang :)

Kalo me-review sejarah per-hape-an ini, suka kangen sama hape-hape lamaku. Meskipun fitur mereka udah ketinggalan jaman, tapi ada perasaan seneng tersendiri menjalani kehidupan sehari-hari ditemenin mereka. Kadang suka pengen ketawa juga. Dulu bener-bener deh, hape itu alat buat ber-alay ria. Foto miring-miring plus duck face, sms-an ngga jelas sama gebetan, dan satu yang ndak berubah sampe sekarang, memaksimalkan kapasitas memori hape dengan ratusan lagu.
 

Liat hape-hape model sekarang yang canggihnya macem-macem, mulai dari yang bisa nyetel tipi sampai tahan dicelup air, rasanya tergiur juga. Tapi tenang, aku belum ada rencana untuk ganti hape dalam waktu dekat kok :D

9 February 2014

Pria Tipe 2

Posted by Icha Anindya at Sunday, February 09, 2014 0 comments
For your info, I divide men into 4 types.
  1. Pria tipe 1: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tampan dan kalau dilihat terus tetap terlihat tampan.
  2. Pria tipe 2: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tidak tampan, tapi kalau sering dilihat dan diperhatikan, lama-lama terlihat tampan.
  3. Pria tipe 3: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tampan tapi kalau sering dilihat dan diperhatikan, lama-lama tampannya luntur.
  4. Pria tipe 4: para pria yang saat dilihat sekilas untuk pertama kali terlihat tidak tampan dan kalau dilihat terus tetap terlihat... Tidak tampan.
Jadi penjelasannya begini.

Pria tipe 1 versiku kebanyakan anggotanya adalah... Para selebritis dan cowok-cowok di novel, manga, atau anime. Hahaha... Jadi wajar to kalo tampannya awet. Cowok tipe 1 yang (pernah) aku akui jadi pacar ada banyak, tapi yang jadi mantan terindah adalah Hayden Christensen. Kalau dia muncul di TV, aku ndak tahan untuk ndak teriak/nyetatus/ngetwit "Mantankuuuuuuu... T.T"

Berhubung postingan ini memang mau ngebahas pria tipe 2, jadi kita loncat dulu ke tipe 3 dan 4. Aku pernah ketemu pria tipe 3 di pernikahan sepupu jauhku di Jogja. Wajahnya lumayan sih. Pas ngeliat dia pertama kali di pesta itu, aku sempat mbatin kalau cowok ini tampan. Eeeehh, sejam kemudian ngeliat orangnya lagi, tampannya udah lenyap tak berbekas. Hahaha... Padahal orang ini pernah muncul di televisi lho, dan setauku banyak penggemarnya. Nek neng TV dho jerit-jerit, jebul bagiku wonge biasa wae. Ironis >.< Kalau tipe 4 sih kayanya ndak perlu dibahas. Takut menyinggung pihak-pihak tertentu :p

Terus gimana dengan pria tipe 2?

Pria tipe 2, yang udah aku bilang tadi, adalah pria-pria yang sekali lihat tidak kelihatan tampan. Tapi coba aja liat mereka terus-terusan, ntar lama-lama pasti keliatan tampan dan makin tampan. Kenapa coba?

Sederhana. Pria tipe 2 tampannya tersembunyi. Ndak kelihatan. Adaaaaaaa aja sesuatu yang mereka miliki yang membuat ketampanan itu tersamar atau munculnya delay. Pria tipe 2 bisa jadi pria yang cukup populer di kampus tapi ndak repot-repot jadi objek teriakan cewek-cewek histeris karena tampan. Mereka pria-pria berwajah standar yang punya kelebihan: jenius, selebriti organisasi, atau kapten tim basket. Ndak cuma itu, kelebihan yang dimaksud juga yang berkaitan dengan karakter mereka. Entah humoris (atau bahasa kerennya: koplak), enak diajak ngobrol dan dicurhatin, temuwo alias dewasa, dan sebagainya. That's why pria tipe 2 kalau cuma diem-diem aja akan dengan dengan mudah dilewati orang. Tapi kalau mereka sudah beraksi, yang baru kita tau setelah berinteraksi dengan mereka, baru deh aura tampannya keluar. Ini lho maksudnya delay. Karena sifat alaminya yang 'delay' itu tadi, para cewek biasanya juga ndak serta-merta naksir sama pria tipe 2. Tapi yakin deh, sekalinya itu cowok bisa mengambil hati si cewek dengan cara dan waktu yang tepat, we girls will never let them go. Hihihi :)

Well, pembagian tipe yang aku lakukan itu adalah pembagian yang hanya berdasarkan kriteria fisik, wajah. Pastilah seleraku beda sama selera orang lain. Yang masuk tipe 2 bagiku bisa jadi masuk tipe 1 atau mungkin malah tipe 4-nya orang lain. Seperti juga kami para cewek di mata para pria, kami akan menganggap pria-pria yang kami sayangi makin tampan ketika mereka bisa mengimbangi, melengkapi, punya kualitas yang kami inginkan, dan tentunya mereka jadi makin tampan karena kami sayang sama mereka :)

Kalau ada ungkapan "beauty (kecantikan) is in the eye of the beholder", ketampanan juga kok :) 
 

Imaginary Fairytales Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review