Kurasa zaman sekarang setiap orang pasti punya setidaknya satu pakaian batik dalam lemari mereka. Dulu batik identik dengan keraton, kesan tradisional, kuno, dan orang-orang tua, namun seiring berjalannya waktu batik telah menjadi pakaian yang diminati oleh segala usia dan lapisan masyarakat. Batik sendiri menjadi salah satu pakaian favoritku. Selain karena bahannya adem, motif dan warnanya yang beraneka ragam membuatnya tidak susah dibentuk menjadi berbagai model, mulai dari blus kasual sampai gaun formal. Lagipula, siapa bilang batik tak cocok dengan celana jeans dan sneakers?
Pakai batik untuk travelling? Siapa takut! :D
Meski aku suka batik modern dengan warna-warna cerah dan model kontemporer, aku punya ketertarikan terhadap batik-batik klasik, terutama batik-batik yang berasal dari lingkungan tempatku dibesarkan, yaitu Solo dan Jogja. Di dua kota ini terdapat dua keraton yang menjadi poros kebudayaan Jawa, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta di Solo dan Keraton Kasultanan Yogyakarta di Jogja. Batik Solo dan Jogja dalam bahasa Belanda disebut sebagai batik vorstenlanden, yang secara harfiah berarti wilayah-wilayah kerajaan. Sebagai keraton-keraton yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Mataram, bisa dibilang dari sanalah batik-batik klasik berasal.
Batik klasik asal Solo dan Jogja memiliki perbedaan mencolok dengan batik dari daerah lain. Berbeda dengan batik dari daerah lain yang warnanya cenderung cerah dan bermacam-macam (merah, biru, hijau, dan lain-lain), batik klasik cenderung memiliki satu atau dua warna saja. Batik Solo warnanya dominan coklat dan kuning sehingga sering disebut batik sogan (sogan artinya coklat), sedangkan batik Jogja warnanya lebih banyak putih dan coklat tua atau hitam. Warna-warna tersebut memiliki makna kesederhanaan, kerendahan hati, kesucian, dan keanggunan, sehingga pemakainya diharapkan mempunyai sifat-sifat luhur tersebut. Motif-motif batik klasik selain indah, juga kental akan filosofi, bukan hanya gambar bunga atau hewan semata.
Batik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa yang teguh memegang tradisi. Berbagai upacara adat seperti pernikahan, tujuh bulanan, kelahiran, hingga kematian melibatkan batik dalam setiap ritualnya. Setiap batik mengandung harapan, makna, dan filosofi yang bebeda sehingga dalam satu rangkaian upacara bisa saja menggunakan batik yang bebeda.
Ini dia beberapa motif batik klasik yang indah dan sarat makna.
Sidomukti
Sido berarti jadi atau menjadi, mukti artinya bahagia, mendapat kedudukan yang tinggi, kaya atau sejahtera. Batik Sidomukti biasanya digunakan kedua mempelai pada upacara pernikahan. Harapannya adalah semoga keluarga mempelai mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Batik Sidomukti gaya Jogja (atas) dan Solo (bawah)
Wahyu Tumurun
Batik Wahyu Tumurun biasanya digunakan calon mempelai wanita pada malam midodareni. Sesuai namanya, batik ini mengandung harapan agar pemakainya mendapatkan petunjuk dan berkah dari Allah SWT.
Batik Wahyu Tumurun gaya Jogja (atas) dan Solo (bawah)
Udan Liris
Udan Liris artinya hujan gerimis. Batik ini bermakna agar generasi muda senantiasa tabah dan bersemangat mencari rezeki, tekun berusaha meski ada halangan. Jika dikenakan oleh pengantin, batik Udan Liris mengandung pesan agar mempelai mampu menghadapi suka duka kehidupan berumah tangga, hujan dan panas harus dihadapi bersama. Di sisi lain, hujan gerimis mampu menyejukkan udara. Kalau diperhatikan, garis-garis tipis yang ada pada batik Udan Liris memang membuat kain ini terkesan adem, seperti hujan gerimis di malam hari :)
Udan Liris artinya hujan gerimis. Batik ini bermakna agar generasi muda senantiasa tabah dan bersemangat mencari rezeki, tekun berusaha meski ada halangan. Jika dikenakan oleh pengantin, batik Udan Liris mengandung pesan agar mempelai mampu menghadapi suka duka kehidupan berumah tangga, hujan dan panas harus dihadapi bersama. Di sisi lain, hujan gerimis mampu menyejukkan udara. Kalau diperhatikan, garis-garis tipis yang ada pada batik Udan Liris memang membuat kain ini terkesan adem, seperti hujan gerimis di malam hari :)
Batik Udan Liris
Babon Angrem
Babon Angrem artinya ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Pemakai batik dengan motif ini diharapkan memiliki kesabaran dan ketelatenan dalam mencapai sesuatu seperti induk ayam yang sabar mengerami telurnya hingga menetas.
Batik Babon Angrem
Madu Bronto
Nah, kalo yang semanis madu begini pasti sudah bisa ditebak. Madu Bronto artinya kasmaran atau jatuh cinta. Konon dahulu para pria mengenakan batik Madu Bronto ketika berkunjung ke rumah kekasihnya, sehingga orang tua si gadis tahu maksud kedatangan sang pria dengan melihat bajunya saja. Keren kali ya, kalau zaman sekarang para cowok dateng ngapel pakai Madu Bronto :)
Batik Madu Bronto
Satriyo Manah
Batik Satriyo Manah dikenakan oleh pria saat melamar kekasihnya. Maknanya tentu saja si pria 'memanah' hati calon istrinya dan berharap lamarannya diterima. Romantis yaaa :)
Batik Satriyo Manah
Semen Rante
Nah, kalau saat lamaran si pria mengenakan Satriyo Manah, maka si wanita mengenakan Semen Rante. Maknanya adalah bahwa si wanita bersedia dijadikan istri dan siap disatukan dalam ikatan pernikahan yang kokoh.
Batik Semen Rante
Truntum
Menurut Winarso Kalinggo, pengamat budaya Jawa dari Museum Radya Pustaka Solo, motif Truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, selir Paku Buwana III. Saat itu Sang Ratu merasa sedih karena Raja mempunyai kekasih baru sehingga beliau merasa dilupakan. Suatu malam Ratu melihat bunga tanjung yang berguguran di halaman istana. Keindahannya dituangkan oleh Sang Ratu pada sehelai kain. Ketekunan Ratu membatik menarik perhatian Raja, kemudian Raja mendekati dan menunggui Ratu membatik. Makna dari motif Truntum adalah kasih sayang yang tumbuh kembali (tumaruntum) karena berkat motif inilah cinta Raja kepada Ratu bersemi kembali. Batik Truntum biasa dikenakan orang tua mempelai pada hari pernikahan. Cinta kasih yang selalu bersemi di antara orang tua diharapkan juga dimiliki oleh mempelai. Truntum juga dapat bermakna menuntun, yang maknanya orang tua diharapkan selalu menuntun anaknya ke arah kebaikan.
Batik Truntum
Slobog
Slobog berasal dari kata lobok yang berarti longgar. Batik Slobog biasa digunakan untuk menutup jenazah serta digunakan para pelayat saat menghadiri takziah. Makna batik Slobog yaitu doa bagi almarhum agar mendapatkan kelonggaran dan kelapangan dalam kuburnya, sedangkan yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan kelapangan hati untuk melepas kepergian almarhum dengan ikhlas.
Batik Slobog
Dahulu ada motif-motif batik yang hanya boleh dikenakan oleh Raja dan anggota keluarganya, misalnya kelompok Sawat dan Parang. Namun dengan berjalannya waktu, aturan keraton menjadi agak longgar dan beberapa motif boleh dipakai rakyat biasa, misalnya Udan Liris.
Sejak dulu batik menjadi elemen budaya yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat Jawa. Zaman sekarang pun penggunaan kain batik tidak hanya sebatas pakaian, tetapi telah dikreasikan menjadi tas, aksesoris, perlengkapan rumah tangga, bahkan ada yang membuat kue bermotif batik. Batik-batik yang dikreasikan ini tentu bukan batik klasik. Banyak juga anak muda yang sekarang berkreasi menciptakan motif-motif batik kontemporer. Bagi aku pribadi, batik klasik maupun kontemporer punya kelebihan masing-masing. Tapi saat memakai batik klasik, apalagi batik tulis, rasanya bedaaaa sekali. Rasanya lebih 'Njawani', jadi orang Jawa tulen :D
Mempelajari berbagai macam motif batik sangat menarik bagiku. Selain bisa menikmati sebuah karya seni, makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya menunjukkan bahwa para pencipta motif batik telah mampu menuangkan pemikiran dan harapan dalam simbol-simbol yang begitu indah. Mengenakan batik yang berbeda dalam setiap kesempatan bisa membantu kita mengingat nilai-nilai sebuah upacara adat. Dengan begitu pemakainya diharapkan akan selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Batik tulis yang indah itu juga tidak dibikin dalam semalam lho. Butuh proses yang saaangat panjang dan waktu yang lama. Ini mengajarkan bahwa menghasilkan sesuatu itu butuh proses dan ketekunan. Hebat ya, begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik hanya dari sehelai kain :)
Ngomong-ngomong, belajar tentang batik membuatku ingin jadi kolektor batik, terutama batik tulis klasik. Insya Allah :)
*Tulisan ini diikutkan dalam event Gramedia Blogger Competition periode Februari 2016.
Referensi:
Kusrianto, A. 2013. Batik - Filosofi, Motif dan Kegunaan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.