11 August 2015

Fire Tests Gold

Posted by Icha Anindya at Tuesday, August 11, 2015
Dulu waktu mau lulus SMA, aku masih terobsesi jadi dokter. Pilihan pertamaku untuk ujian masuk universitas ya Pendidikan Dokter. And after weeks, even months of studying like crazy, I didn't get it. Waktu mau ujian masuk universitas juga, kumasukkan nama universitas impianku di pilihan pertama. Setelah mencoba tiga kali sampai jiwa ragaku babak belur, I didn't get it.

Aku kuliah di tempat yang tidak terlalu kuharapkan, di jurusan yang kusukai tapi bukan yang sangat kuinginkan. Dan saat mau skripsi, aku bisa dibilang mahasiswa yang nyaris terakhir mendapatkan judul. Bukan apa-apa, saat itu dosen yang membuka proyek yang kuincar cuma sedikit, bahkan nyaris tidak ada.

Setelah lulus, aku harus menunggu setahun setelah lulus untuk bisa masuk S2. Jadi mahasiswa season 2, klimaks season 1 terulang lagi. Aku harus pontang-panting dan dilempar ke sana kemari sampai jiwa raga babak belur lagi demi mendapatkan proyek untuk tesis.

Kali ini fase hidupku sedang nyebahi seperti sebelumnya itu. I don't know where this road will take me to. Aku disibukkan dengan mencari apa yang kuinginkan, apa yang jadi tujuanku, apa yang kusukai dan itu semua ternyata sanggup membuat kepalaku pusing. It feels like Allah is testing me. Dan ujian yang berasal dari diri sendiri cukup buruk juga ternyata.

Sampai kemudian aku bertanya pada diriku sendiri. Yakin lagi diuji, Cha? Bukan lagi ditanya? 

Dan setelah merenung dan merunut, mungkin memang benar. 

Apa yang benar-benar kamu sukai, Cha?
Apa yang benar-benar kamu inginkan, Cha?
Kamu maunya jadi apa, Cha? 

Tapi ya mungkin iya juga, aku lagi diuji. Diuji seberapa keras kepalaku, seberapa keras kemauanku, seberapa persisten aku dengan apa yang aku mau, dan seberapa mempeng usahaku untuk mendapatkan itu. Plus berapa banyak keikhlasanku di saat yang bersamaan.

Dulu juga begitu kan? Aku dibelokkan, dikasih hambatan, digimanain sebegitu rupa, tapi pada akhirnya aku mendapatkan apa yang kuinginkan, hanya karena aku tidak menyerah, berani mengambil pilihan dan sedikit keras kepala.

Ada—bahkan banyak—saat ketika hidupku begitu ruwet, berliku, naik turun, lewat polisi tidur, kejebak macet, pengalihan lalu lintas, kehabisan bensin, kebanan, mesinnya mlepeg, dan sebagainya sehingga rasanya susaaaaaaaah sekali sampai ke tujuan. There were times when it was so damn difficult to achieve something, sometimes even almost impossible, as if I was never destined to get that. Reality was too painful to face and dreams were even unreachable. Saking seringnya bahkan aku sampai ndak bisa ngitung.

But somehow I could overcome that. Dan apa yang kudapat melebihi ekspektasiku sebelumnya.

Aku ndak jadi masuk Kedokteran, tapi di Biologi track record-ku ndak buruk. Malah sekarang jadi cinta setengah mati. I can't live without it. Meskipun biologinya tetep ke-medis-medis-an juga sih :D

Aku ndak jadi masuk S1 di univ yang aku pengen dari SMP, tapi aku akhirnya berhasil 'balas dendam'. Aku bisa S2 di sana dengan bahagia. Tentu dengan kekeraskepalaan yang kalau orang tahu, aku sudah pasti kena sambit sendal jepit. Dikasih kesempatan scholarship ke Australia kutolak (padahal LoA dijamin langsung turun dan pengurusan sudah dijamin lancar jaya), terus seleksi beasiswa ke Jepang kulepaskan begitu saja di tengah jalan (padahal sudah lolos seleksi 1), demi masuk ke univ yang aku mau. Ternyata di sini aku dapat teman yang level kewarasannya setingkat denganku, ketemu orang-orang yang hebat, dan belajar hal-hal baru yang priceless. Kalau dulu aku kuliah S1 tidak di almamater S1-ku, mungkin aku akan end up di luar negeri atau di antah berantah dan takkan mendapatkan apa yang kudapatkan sekarang.

Meski dilempar pontang-panting ke sana kemari, aku bisa dapat proyek penelitian untuk skripsi dan tesis sesuai keinginanku, dengan kekeraskepalaan yang di luar kewajaran juga. Dapat dosen pembimbing dan teman-teman satu penelitian yang luar biasa kompak. Waktu ujian juga lancar dan 'terusir' dari kampus dengan selamat, tepat waktu, dan hasil yang pantas disyukuri.

Masalah cinta jangan ditanya. 23 tahun jadi cewek yang ditolak semua cowok dulu, baru akhirnya ada yang suka padaku. Orangnya high quality lagi <3

Aku teringat salah satu ungkapan Latin yang kudapat di novel yang kubaca beberapa waktu lalu. Ignis aurum probat. Fire tests gold. Api menguji emas. Kesulitan menguji kekuatan dan karakter seseorang. Kurasa ujian dan pertanyaan-pertanyaan ini juga begitu. Mungkin aku disiapkan untuk sesuatu yang sangat sangat besar, sesuatu yang sangat kuinginkan dan Allah harus tahu apakah aku benar-benar siap menerimanya sebelum memberikannya padaku.

Fase merenung-dan-mencari ini memang menyebalkan dan mentally exhausting. Aku ingin melakukan sesuatu sambil mencari tapi kok ya tetep susah menemukan sesuatu yang bisa membuatku nyaman. I don't give up on my dreams, not yet, meskipun di satu sisi rasanya batas antara mimpi dan kenyataan makin jelas saja dari hari ke hari. Mungkin aku perlu menambah usaha, kekeraskepalaan dan keikhlasanku sedikit lagi. Semoga saja aku bisa cepat menemukan jawabannya biar setidaknya arah hidupku ndak terlunta-lunta :)

0 comments:

Post a Comment

 

Imaginary Fairytales Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review