30 March 2014

And So The War is Over

Posted by Icha Anindya at Sunday, March 30, 2014 0 comments


"Hyo Rin-ah, suatu hari nanti kita bisa menjadi teman kan?"

"Kelak di masa depan, hati yang luka pun akan jadi kenangan yang indah."

26 March 2014

Sejarah Hape

Posted by Icha Anindya at Wednesday, March 26, 2014 0 comments
Tadi pagi Demes tau-tau mengajukan pertanyaan yang 'tidak biasa' di grup WhatsApp. "Yang pake hape Nokia siapa aja?", yang kesempatan ini kemudian digunakan Arung untuk mem-bully sang Cleopatra :D Yang menarik, obrolan soal hape ini berlanjut dengan asiknya di grup temen-temen deket. Kami sharing tentang hape yang pernah kami punya, dan kesimpulannya, kami semua pernah punya hape Nokia. Hahaha :D

Jadi, aku pertama kali punya hape waktu kelas 2 SMP. Saat itu beberapa temenku udah punya hape dan njuk aku kepengen -_- Akhirnya minta Papah dan Papah beliin aku hape monokromatik tercantik sepanjang masa: Nokia 2100 warna baby pink :D


Waktu itu aku bener-bener lagi seneng-senengnya punya hape. Ke mana-mana itu hape tak kantongin. Meski hape imut itu fiturnya masih primitif, tapi aku cinta banget. Warnanya cewek banget, lampu keypad-nya terang, dan bisa bikin ringtone sendiri. Dulu di majalah-majalah suka ada kolom khusus buat ringtone gitu-gitu dan aku suka nyobain. Bener-bener melatih hafalan nada, tempo, dan ketajaman telinga. Aku pernah sukses bikin ringtone lagu Nessun Dorma sama The Right Time-nya The Corrs tanpa guideline. Prestasi :D

Tapi waktu SMP aku sempet minjem hapenya Mamah waktu study tour ke Jakarta. Aku lupa waktu itu udah punya hape sendiri atau belum. Waktu itu hapenya Mamah Motorola V120C, hapenya mungil, warna ungu.


Aku naksir hape itu karena di deretan ringtone bawaannya ada lagu Nessun Dorma. Dulu aku lagi jatuh cinta banget sama lagu itu. Sampai-sampai pas study tour aku minjem kaset The Best of Vanessa Mae-nya Tiza demi bisa dengerin lagu itu sepanjang jalan pake Walkman :D
Nah, Nokia 2100 pink itu bertahan sampe aku kelas 1 SMA. Liat temen-temenku hapenya udah pada berwarna, jadilah aku kepengen juga. Nokia 2100 itu tak balikin ke Papah dan aku diganti Nokia 6610i, yang emang udah aku pengenin. Itu hape polikromatik pertamaku. Aku paling suka main Bounce di hape itu.



Pas kelas 2 SMA kalo ndak salah, aku kepengen hape yang bisa buat nyetel MP3. Iya, emang kemaruk dan konsumtif banget aku -_- Jadilah hapeku tak 'tuker tambah' lagi pake Nokia 7610. Hape ini asli kenangannya banyak banget, mulai dari foto-foto alay, penuh sejarah sama gebetan sepanjang SMA (ya sms ya telponan), dan aku isi buanyak MP3.




Aku sayang banget hape itu, karena selain bentuknya cantik, juga tahan banting. Jadi pernah ada kejadian. Suatu malem aku packing karena mau nginep di rumah pakde. Nah, packingnya itu, dudulnya, di samping jeruji koridor ruang belajar lantai dua yang di bawahnya adalah tangga. Saat itu aku packingnya lumayan buru-buru, aku lemparin semua barang ke dalem tas, termasuk hape. Aku lemparin hapeku ke dalem kantong tas yang retsletingnya ada 2 di kiri-kanan. Aku pikir retsleting yang kiri udah ketutup jadi tak lempar hapeku masuk tas. Eeeeh ternyata retsletingnya masih kebuka, jadi hapeku masuk lewat bukaan retsleting kanan dan lewat dengan suksesnya, keluar lewat bukaan retsleting kiri. Hape itu pun melayang, lalu jatuh ke tangga. Tapi bukannya berhenti, dia jatuh terus menuruni anak-anak tangga satu demi satu (dengan suara prak-prak-prak) hingga akhirnya perjalannya berakhir di depan kamar mandi di bawah tangga lantai satu dalam keadaan casing terbuka dan baterai terlepas. Hebatnya, abis jatuh sebegitu rupa, hape itu masih bisa dipake telpon :D

Sayangnya, hape itu harus tamat riwayatnya setelah mengalami sakit selama berbulan-bulan. Ndak ada angin ndak ada hujan, gambar dan warna di layarnya bisa tau-tau ilang, jadi tinggal putih gitu, sama sekali ndak ada warna setitik pun. Kalo ada telpon dan sms tetep bisa masuk, tapi kan ndak bisa diapa-apain, tulisan aja ndak mau keluar...

Dengan ikhlas, hape itu pun digantikan oleh Nokia N70 Black Music Edition. Hape yang menemaniku selama 3 tahun di S1.



Lalu menjelang PKL tahun 2010, aku tergiur hape qwerty. Dan terbeli lah si Nokia E63, yang trivial name-nya si Ege.



Tapi ndak tau kenapa, aku dan dua sepupuku sama-sama pake Ege dan merasakan bahwa hape kami sama-sama ndak beres. Ege-ku tau-tau ndak bisa dipake telpon dan sms. Ege-nya Tiza ilang dan punya Ayu ndak tau kenapa, pokoknya ngerror. Akhirnya Egeku dituker Nokia E71 warna putih yang kuberi nama Sode no Shirayuki.



Aku sebenernya adem ayem sama si Yuki, sampe kemudian pas skripsi, sepupu dan gebetanku saat itu ngomporin aku ganti pake BB. Aku tetep santai dan bilang dengan enaknya, "Iya gw bakal ganti BB, tapi tunggu lulus dulu yak". Dan setelah lulus, aku pun menambah hapeku dengan sebuah Blackberry Gemini Curve warna putih, namanya Shirayuri.



Jadi waktu aku punya Yuri, si Yuki masih aku pake. Selama ini hape yang paling banyak aku pake emang Nokia karena bagi aku (yang odong dan gaptek), Nokia itu gampang dioperasikan. Menunya njujug, ndak perlu mencet tombok begitu rupa :D

Awal masuk S2, aku ditawarin Papah hape android sama diiming-imingi iPhone. Tapi karena saat itu belum kepengen, jadi aku belum bilang mau. Baru setelah Yuki mulai bocor baterainya, aku mau dibeliin hape android. Dan hadirlah Keichiiro, hapeku sekarang :)

Kalo me-review sejarah per-hape-an ini, suka kangen sama hape-hape lamaku. Meskipun fitur mereka udah ketinggalan jaman, tapi ada perasaan seneng tersendiri menjalani kehidupan sehari-hari ditemenin mereka. Kadang suka pengen ketawa juga. Dulu bener-bener deh, hape itu alat buat ber-alay ria. Foto miring-miring plus duck face, sms-an ngga jelas sama gebetan, dan satu yang ndak berubah sampe sekarang, memaksimalkan kapasitas memori hape dengan ratusan lagu.
 

Liat hape-hape model sekarang yang canggihnya macem-macem, mulai dari yang bisa nyetel tipi sampai tahan dicelup air, rasanya tergiur juga. Tapi tenang, aku belum ada rencana untuk ganti hape dalam waktu dekat kok :D

7 March 2014

Behind the 'Daisy'

Posted by Icha Anindya at Friday, March 07, 2014 0 comments
Ada alasan kenapa aku milih Daisy-nya STEREO DIVE FOUNDATION buat diputer di blog. Aku sendiri belum lama suka sama lagu ini. Musik dan melodinya enak, liriknya juga mengena.


seijaku o kirisakuyou otozureta no wa
hitsuzen to shite no kaikou bokura no tame ni
koukai o nageku me ni utsuru kimi wa sou
urei o matotte utsukushiku saita

dareka no seimei ni tokeru hana
nee kimi ni mo mieru darou
kitto

kasaneta ayamachi nurikaeruyou
nandodemo ii sa kurikaeshiteiku SUTAATORAIN
kako to wa chigau asu o
futari dake no kibou egaku SUTAATORAIN
I never say good bye
itsudatte sou sa

keizokushiteiku shoumei toshite no kesshou
honoka ni yureru hi wo yadoshite
kousai o hanatsu mirai yakitsuketa kimi no hitomi wa sukoshi kanashi sou de
Take a look into my eyes
saigo no hitoshizuku o nugutte
Every time you wanna see call me
saisho ni deatta ano basho de sa

chiriyuku unmei ni aragatte
sou azayaka ni sakihokore
Always

kimi no utau koe to tsunagaruyou
kokoro no oku narihibiita boku no ne
inori ni ukabu asu wa
ikiru imi o kibou ni kaeru kara
I wanna be with you

nidoto wa nai ima no genjitsu o
teniireru tame no gisei nante
kesshite kodoku to ketsubetsu kirenai
ima no boku ni hakarenai
soredemo iiinda
hibiki watare inori yo
kodamasuru bokura no utagoe
issun no hikari o egaita
terashidasu ichirin no hana yo
kimi to futari te o tsunaide
zutto itainda

kasaneta ayamachi nurikaeruyou
nandodemo ii sa kurikaeshiteiku SUTAATORAIN
kako to wa chigau asu o
futari dake no kibou egaku SUTAATORAIN
I never say good bye
itsudatte sou sa


The arrival, tearing the silence into pieces,
Was a predestined encounter for our sake.
And so, you, with regret showing in your grieving eyes,
You wore your sorrow and bloomed beautifully.

A flower, dissolving into someone’s life -
Hey, you can see it too, can’t you?
I’m sure.

To overwrite the accumulated sins,
You’ve got as many times as you need, from the repeating start line.
Painting a tomorrow different from the past,
Painting hope for just the two of us, there’s the start line.
I never say goodbye…
That’s how it always is.

Continuing crystallization of proof,
Sheltering a faintly flickering flame,
Your eyes, emblazoned with a future radiating brilliance, seem to hold a little bit of sadness.
Take a look into my eyes.
Wipe away that final droplet.
Every time you wanna see me, call me,
And I’ll be at the place where we first met.

Rebel against the fate that descends.
Yes, bloom vibrantly, with glory.
Always…

To connect to your singing voice,
My sound rings out and echoes deep within my heart.
The tomorrow that surfaces in my prayer
Transforms a reason to live into hope.
I wanna be with you…

To make a sacrifice to gain possession of
This present reality, impossible to repeat -
The act is unbreakably bound to loneliness.
I can’t measure that weight as I am now,
But even so, that’s fine.

Echo far and wide, my prayer.
Our reverberating singing voices
Painted a momentary light,
Illuminating a single flower.
I want to keep our hands connected
And always be with you.

To overwrite the accumulated sins,
You’ve got as many times as you need, from the repeating start line.
Painting a tomorrow different from the past,
Painting hope for just the two of us, there’s the start line.
I never say goodbye…
That’s how it always is.
 



Ada kalanya kita membuat kesalahan. Ada kalanya kita sedih (dan faktanya saat ini aku sedih, marah, dan bingung luar biasa). Ada kalanya kita merasa sudah memberi terlalu banyak, lelah lahir batin fisik mental jiwa raga. Kadang kita cuma ingin orang-orang di sekeliling kita paham betapa lelah dan sedihnya kita. Kadang kita cuma butuh mereka untuk sejenak tidak menuntut. Mengerti dalam diam, paham apa yang sebenarnya kita butuhkan.

Dan ketika aku merasa mereka tidak mengerti, lagu inilah senjatanya. At least apa yang aku mau dengar sudah dikatakan penyanyinya :)
 

Imaginary Fairytales Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review